Ayah yang Menyediakan Waktu untuk Anak - Pdt. Hendra Rey

 

AYAH YANG MENYEDIAKAN WAKTU (TIME)

 

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun (Ulangan 6:6-7).

 

            Ada seorang ayah yang berkata kepada saya: “Boksu, saya tidak menyangka kalau saat ini anak saya sudah mau menikah.  Saya kaget waktu begitu cepat berlalu.  Saya sudah melewatkan banyak waktu dengan dia dan tanpa terasa dia sudah mau menikah.”   Ayah ini berkata demikian karena dia menyadari sudah melewatkan berbagai moment penting dalam kehidupan anaknya karena bekerja jauh dari keluarganya.  Selama ini, dia pulang selama 3 bulan sekali dan ketika dia pulang pun tidak lama, hanya 2-3 hari saja.  Dan ketika dia pulang, dia lebih banyak mengambil waktu istirahat di rumah dan tidak ada waktu bagi anaknya.  Akhirnya, setelah anaknya mau menikah, dia mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan tinggal bersama dengan istri dan anaknya.  Bagaimana dengan anaknya sendiri?  Sang anak juga berkata kepada saya, “Saat ini menjadi saat yang aneh dengan kehadiran papa di rumah.  Biasanya papa tidak ada dan saya sudah biasa hidup seperti tidak ada papa.  Tetapi saya bersyukur kalau saat ini ada papa dan saya mau belajar untuk mengenal papa saya.” 

            Saudaraku, bagaimanakah perasaan kita jika kita mendengar perkataan anak ini?  Bagaimanakah jika anak kita juga berkata demikian?  Sebenarnya bisa saja terjadi hal yang sama di dalam kehidupan keluarga kita.  Walaupun sebagai seorang ayah tinggal di rumah, tetapi jika dia hanya sibuk bekerja dan bekerja dan tidak pernah meluangkan waktunya untuk anaknya, maka situasi yang sama akan terjadi.  Sang anak tidak merasakan kalau sang ayah hadir di dalam kehidupannya walaupun ayahnya tinggal bersama dengan dia.  Terlebih lagi bagaimana anak bisa belajar keteladanan iman jika tidak ada kesempatan untuk bersama dengan ayahnya.

            Ulangan 6:6-7 adalah perintah TUHAN Allah kepada umat Israel melalui Musa ketika mereka hendak masuk ke tanah Kanaan.  Mereka sudah di ambang pintu masuk ke tanah perjanjian yang Tuhan janjikan dalam kehidupan mereka.  Ada banyak tantangan yang mereka hadapi sebagai umat Allah secara khusus berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang Kanaan.  Karena itu, mereka diharapkan tetap setia untuk menyembah kepada TUHAN Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir.  Karena itu, perintah ini diberikan supaya mereka tetap setia dan mengasihi TUHAN Allah : “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!  Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”  Perintah ini diberikan kepada setiap para ayah umat Isarel untuk mengajarkan anak-anaknya supaya mereka tidak lupa akan kedahsyatan dan kebaikan Allah di dalam kehidupan mereka sebagai umat Allah.

            Apakah yang menjadi kunci perintah ini?  Perintah ini bukan hanya sekedar memberikan nasihat kepada anak-anak, tetapi yang menjadi kunci perintah ini berhasil adalah waktu.  Jika kita membaca perintah ini, Tuhan meminta kepada setiap ayah untuk memberikan waktunya kepada anak-anaknya.  Ayah diperintahkan untuk mengajarkan perintah Tuhan berulang-ulang dan di berbagai kesempatan : “engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”  Artinya adalah untuk bisa menyampaikan pesan dengan baik, sang ayah harus memberikan waktunya bagi anak-anaknya.

Sekarang, bagaimana caranya seorang ayah bisa menyediakan waktu bagi anak-anaknya?  Pertama, mengagendakan waktu khusus bagi anak-anaknya.  Di tengah kesibukan pekerjaan, sang ayah harus memiliki komitmen untuk menyediakan waktu khusus bagi anaknya.  Misalnya pada hari libur atau tanggal merah, sang ayah menyediakan waktunya untuk bersama dengan anaknya.  Selain itu, di waktu libur sekolah, sang ayah juga harus bersedia “mengorbankan waktunya secara khusus” dengan mengambil waktu cuti demi bersama dengan keluarganya. Ketika seorang Ayah menyediakan waktu untuk anaknya, sedikit banyak itu akan mengusir banyak kekuatiran dan ketakutan dalam diri sang anak. Seorang ayah yang baik tak akan membiarkan anaknya sendirian dalam menghadapi banyak hal yang menggelisahkan hati, juga masa depan yang kerap tak menampilkan kejelasannya. Agendakan waktumu untuk anak, yang tak boleh diramas oleh apapun dan siapapun.

 Kedua, melakukan aktivitas bersama.  Di sela-sela kesibukan sang ayah, ayah harus punya komitmen juga untuk menyediakan waktunya untuk beraktivitas bersama dengan anaknya seperti makan malam bersama, bermain bersama, nonton bersama bahkan menemani anaknya tidur secara khusus bagi anak dengan usia di bawah 12 tahun ke bawah.  Melalui kegiatan bersama ini, anak akan tahu bahwa ayahnya memperhatikan mereka dengan rela mau menyediakan waktu untuk anaknya.  Pada intinya adalah bahwa seorang anak pada setiap fase kehidupannya membutuhkan role model yang ideal agar bertumbuh dengan baik secara sosial, psikis maupun fisik, dan salah satu untuk mendapatkannya adalah waktu beraktivitas anak bersama ayahnya.

Ketiga, menyediakan waktu khusus ketika anaknya mengalami masalah atau pergumulan.  Ketika sang ayah melihat anaknya mengalami masalah baik masalah kepribadian (identitas diri) maupun masalah di sekolah atau kampus, sang ayah harus menyediakan waktunya untuk mendengarkan apa yang mereka hadapi.  Dengan hadirnya sang ayah untuk mendengarkan anaknya, sang anak akan merasa didukung dan diteguhkan sehingga mereka kuat menghadapi masalah mereka.  Selain itu, mereka juga bisa mendapatkan nasihat yang baik dari ayah mereka terutama dari sisi iman Kristen seperti firman Tuhan : “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”  Jika sang ayah tidak memberikan perhatian dengan menyediakan waktu bagi anaknya, hal ini bisa memberikan kesan bahwa ayahnya tidak memperhatikan sehingga dapat menimbulkan sakit hati di dalam diri sang anak.

Karena itu, marilah sang ayah miliki komitmen untuk menyediakan waktu bagi anak-anaknya.  Mungkin sang ayah berpikir dengan memberikan uang jajan atau membelikan handphone atau barang-barang kesukaan mereka, sebenarnya anak-anak paling rindu adalah ayah mereka sebagai hadiah yang terbaik bagi mereka.  Marilah bersama-sama, sebagai seorang ayah, jika kita sangat mengasihi anak-anaknya kita, kita mau berkorban waktu kita bagi mereka.  Ada saatnya anak bersama dengan kita tetapi ada saatnya mereka akan meninggalkan kita.  Selagi mereka bersama dengan kita, mari luangkan waktu kita bagi mereka.  Jika tidak …satu saat nanti...mungkin kita akan turun ke dalam dunia orang mati dengan hati yang nelongso..dan luapan air mata jiwa yang tak pernah berhenti..

 Salam Untuk Ayah Hebat

Hendra Rey


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Iman yang Melangkah Maju - Next Level Faith