Cahaya di Kedalaman Ruang Terpekat
Kepedihan
Oleh: Hendra Rey
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia
menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau
mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu.”
Lukas 19:41-42
Yerusalem menjadi ruang pengharapan sekaligus kepedihan bagi
Yesus. Di Yerusalem Dia dielu-elukan dan disambut sebagai Raja. Di Yerusalem
pula Dia akan menghadapi kematian-Nya. Ketika mendekati kota itu Yesus pun
bersedih. Dia pun menangisinya.
Setiap pribadi menyimpan ruang kepedihannya. Ada orang yang
selalu ingin menghindari suatu tempat tertentu karena tempat itu
mengingatkannya pada peristiwa sedih. Ada pula yang menghindari seseorang atau
pun peristiwa tertentu. Pribadi atau suasana itu terasa menekan hidupnya. Ia
kesulitan menghadapinya. Pedihnya menyesakkan dada. Namun, ingatan tak pernah
hilang dari kalbu. Sebab semua yang memedihkan bermula dari kenyataan yang tak
sesuai harapan.
Opini manusiawi kita dipenuhi dengan keinginan untuk menjauhi
kepedihan karena itu dianggap sebagai musuh kehidupan, lalu kita mencoba
membangun rasa senang sebagai sebuah solusi dari beban hidup yang menghimpit.
Pengajar agama sering meninabobokan kita dengan tema utama ikut Tuhan maka akan
ada kesuksesan, kekayaan dan kebahagiaan, sampai kita terhipnotis untuk
melakukan dan mempersembahkan sesuatu yang tidak pada tempatnya.. Namun semua itu tak mampu membuat kita
menambal luka batin, malah sering lahir kepahitan baru, tanpa sadar kita
terjebak ke dalam lingkaran kepedihan tanpa akhir.
Memang, kesenangan mampu membius batin kita sejenak dari
pedihnya kehidupan. Namun, beberapa saat setelah kesenangan menipis dan
mengenyahkan diri dari kedalaman batin, kepedihan akan menyeruak dan kembali
berteriak-teriak menusuk-nusuk batin kita, bahkan mungkin dengan intensitas
yang lebih dari sebelumnya.
Hidup tidak mungkin tanpa kepedihan, namun bagaimana kita
menyikapinya itu yang akan membedakannya. Kepedihan adalah sebuah pil pahit
kehidupan yang membasuh batin dari segala macam sandiwara dan kepalsuan yang
disajikan dunia, namun jika salah menyikapinya, kepedihan bisa menjadi racun
yang siap mengoyak kejernihan akal dan iman bahkan menggorogoti kebahagiaan
yang sudah di ambang pintu.
Yesus dengan tabah tidak menghindari ruang kepedihannya. Dia
justru mendatangi dan berdamai dengannya. Bagi-Nya mendekati ruang itu adalah
lambang keteguhan-Nya dalam melaksanakan kehendak Bapa. Kita pun sebaiknya
berdamai dengan ruang kepedihan kita masing-masing. Tidak perlu berusaha menghindarinya
namun jangan engkau didekapnya hingga tak berdaya. Kita lepaskan rasa lelah
kita dengan datang menemuinya. Jadikanlah kepedihan sebagai esensi cinta kasih,
sebuah tangga menuju level spiritual yang lebih tinggi. Jika terus berada dalam kepedihan semua akan
menjadi penyesalan-penyesalan dan berakhir dengan kata “seandainya”.
Memang sudah seharusnya aku
berjalan meninggalkan semua kegelimangan yang nampak indah
Menapaki torehan masa depan yang
nantinya akan jauh lebih baik.
Mempersembahkan karya yang lebih
murni dengan cinta kasih yang besar kepada Tuhan.
Aku sadar kadang kepedihan yang
tergores sangat dalam
Adalah cara Tuhan menujukan sinar
kasih yang ajaib untuk mengarahkan pandanganku pada-Nya.
Allah sungguh mencintaiku.
Lagipula aku sudah memahami,
bahwa mencintai harus menyiapkan
ruang kecil untuk kekecewaan dan
kepedihan.
Untuk merasakan, mengalami hingga
mempersembahkan cinta kasih yang tak terbalaskan
Saudaraku, jangan takut akan ingatan yang memedihkan hati.
Hampirilah jika perlu, dan belajarlah berdamai dengan semua peristiwa yang
mendatangkan kepedihan hati Anda. Sehebat apapun kata-kata ditata, kalimat
ditebar, tak akan mampu menggambarkan kepedihan kita, namun kepedihan adalah
warna yang memperkaya kasanah kehidupan kita orang percaya. Gunakanlah
kejernihan hati yang lahir dari iman yang murni yang membuat ketegaran hati
untuk menyelami kedalaman sebuah kepedihan, karena dititik terdalam itu
seringkali Tuhan berbicara lembut agar kita melihat warna lain di dalam
kehidupan yang seharusnya kita tempuh, karena Tuhan mau kita ada di sana. Ya
dalam pengetahuan dan pengalaman pribadi, seringkali Tuhan menghantar saya
menemukan Cahaya yang indah tiara justru ketika ada dalam ruang terpekat lembah
kepedihan.
Doa saya, kiranya damai sejahtera yang dari Tuhan kita,
Yesus Kristus, memenuhi hati dan kedamaian nampak di dalam hidup Anda.
Komentar
Posting Komentar